Thursday, January 31, 2008

Jutek...

Tadi pagi mau ngenet di tempat biasa (tempat yang sudah di-mention di postingan sebelumnya), tapi karena sesuatu dan lain hal, akhirnya terurungkanlah niat tersebut...

Apakah gerangan?
Ternyata tempat yang bisa dipake buat paket (lantai 2, kalopun lantai tiga masih nggak bisa dipake) lagi penuh... hikz,,,
Tapi, kalo cuma itu sih nggak papa, mungkin gw akan rela ngenet di lantai satu. Tapi... (lagi-lagi)...
AC-nya MATI!!!
Buseret deah!!! Secara ya, kalo lantai satu itu adalah lantai dimana nggak boleh paket (jadi mesti premium), lho pelayanannya malah nggak premium...???

Bukan cuma itu aja, tapi pelayanan dan sambutan dari si penjaga warnet sama sekali nggak friendly... Dy bahkan nggak ngeliat ke gw waktu ngomong... Halah, berasa cakep sejuta makna apa nih cewek??? dengan juteknya ngomong "Paketnya lagi penuh!".....

Nggak pake nengok...
Tak pake senyum...
Ndak pake "Mas", ato sapaan apa keq...
Bikin gondok ajah...

Wuih, nih penjaga warnet bener2 gw saranin bwt ikutan MIST dah, secara kata si Cukong (Irfan ESAC) temanya ttg service at the industry...


Hmm, walopun begitu, bukan berarti gw nggak akan menginjak ato menggunakan jasa internet di tempat itu, coz secara gw masih mahasiswa, belum berpenghasilan luar biasa, dan jasa non manusia yang ditawarin kompie-kompie di situ gw akui bagus. (IE-nya mendukung sistem penyimpanan cepat data yang gw butuhkan, di tempat laen bisa 8-10 menit per tanggal data, di sini cuma 3-5 menit per tanggal data. Secara ya, gw butuh data untuk 3 TAON sodara-sodara!!! Hitung aja dah waktu yang terbutuhkan...)

Whatever, gw cuma konsumen, dan di negara tumpah darah nan mulia tercinta ini, konsumen masih kerap jadi korban kesewenang-wenangan produsen (ato yang berhubungan dengannya)...
Hmmm, sulit memang untuk tidak ikut-ikutan jutek, secara sepengetahuan gw atmosfer negatif memiliki kemampuan luar biasa untuk menular...


Peace yoooo...
Stop Jutek
Hidup Damai Senantiasa...

AC Bergilir...

Hmm, mungkin titel diatas harusnya didahului kata 'sela', soale daku sebenarnya lagi donlot data (lageee)...

Anyway, yang menjadi topik hari ini adalah warnet tongkrongan daku yang kali ini entah kenapa pelayanannya kurang bikin puas... :(

Berawal dari tidak dapat digunakannya lantai 3, yang notabene gw rasa enak aja, soale orangnya seringan sepi, n nggak terlalu ngegangguin konsentrasi (kecuali kalo ada rombongan WarCraft-ers yang teriak-teriak "Hajar! Terus! Yesss!!! FIRST BLOOD!!!" dst...)
So, beralihlah daku ke lantai di bawahnya, a.k.a. lantai the second (lt. 2 maksudnya)

Lalu, tidak dapat digunakannya Paket 5, which is paket yang paling gw rasa menguntungkan bwt sistem penge-net-an gw.

Jadi, ceritanya di warnet ini (The Patch, Kober) ada beberapa jenis tarif.
Kalo secara standar (normal mode) tuh seribu perak per 12 menit (gochenc per jam). Yang ini rada-rada bikin bokek!!! Udah pernah nyoba...

Trus, paket laen yang gw inget tuh paket 'hepi hour' yang harganya gw lupa, tapi berlaku 7 jam. Nah, yang bikin nih paket kurang seksi (alah, ngomong opo toh, nduk?) paket ini baru bisa diakses pada pukul 00.00 (bah, ini paket ngenet apa weker buat mandi kembang tujuh rupa, yak?) Secara harga sih, kayaknya nih paket yang paling murah.

Selanjutnya adalah paket 5 jam (yang gw incer). Kenapa? Karena setelah perhitungan matematis dengan kemampuan seadanya, Tarif yang 18rb per 5 jam, jatoh-jatohnya jadi 3600 perak per jam. Paket yang satu ini lah yang gw rasa paling merepresentasikan kebutuhan ogut...

Lalu ada juga paket 3 jam (which is yang lagi digunakan pada kala ini). Yang mana tarifnya adalah 12 ribu per 3 jam (halah, ini mah anak SD juga tau kalo itungannya jadi 4rb per jam). Nggak terlalu menggiurkan bwt gw (sosis panggang dan hamburger extra mayonezz jelas lebih bikin gw berliur gembira...)



NOW, the last problem, waktu gw tek-in tempat bwt ngenet, gw sengaja milih tempat yang terkena imbas langsung dari angin buatan dengan suhu rendah (maksudnya, kena AC).
Jelas, kenyamanan adalah faktor utama...
Namun, ternyata saya kecele... (bukan ke pecel lele ya... Udah sebulan lebih kayaknya nggak makan tuh barang! Haram hukumnya untuk makan malam selain semangka atau nangka :... )
AC yang bersangkutan cuma aktif selama beberapa menit, untuk kemudian dimatikan, dan digilir.
Jadi, di lantai tersebut ada dua AC, dan pemasangannya pun ternyata digilir (udah kayak piala Raja aja tuh)... Selidik punya selidik, AC yang menjadi gaco'an gw, baru akan kembali pada posisi hidup pada pukul 00.00 !!!


ACape deee......

Kisah Kaleng Satu Liter...

Jujur dan Bersyukur...

Demikian dua kata kunci untuk renungan hari ini. Hmm, bagian dari rutinitas renungan yang sebenarnya baru dimulai beberapa hari yang lalu, namun dampaknya cukup terasa, tak lupa, memberi warna yang berbeda dalam menjalani hari nan fana (alah, mulai nyerocos dah...)

Jujur.
Quite simpel, secara definisi mudahnya: "Jangan bo'ong!"
But, lumayan (kalo nggak dibilang sangat) berat untuk diterapkan (kalo nggak biasa, tentunya). The problem is, being 'untruth' is part of being adult also (sepengetahuan dan sepengalaman daku). Sebut saja "White lie". Nah, yang bikin runyam, saking asyiknya dengan 'si putih', seringkali justru terbawa suasana hingga menjadi 'si abu-abu', 'si coklat', hingga bahkan 'si Bleki' (halo Bu KorFak... Halah, ngaco' lagi kan!)
Setelah ditelaah hari ini, lumayan banyak kejujuran yang mulai bisa diterapkan. Setidaknya, kata Om Batra (Promod Batra, red.) "Kejujuran akan membawa kelegaan hati" yah, demikian kurang lebihnya.

Bersyukur.
Yang ini kliatannya lebih mudah untuk diterapkan sih (bagi gw, demikian). Gimana enggak, bangun tidur doa (syukur masih bisa bangun n b'nafas lageh), mau ma'em doa (syukur masih bisa menikmati mie instan rebus/goreng di pagi hari, nasi plus 2 martabak di siang hari, n 2 slices of watermelon ato seplastik nangka di malam hari). dan sebagainya...
Walopun demikian, masih agak ribet juga sih setelah dipikir-pikir. Terlalu sering juga membandingkan berkat, rahmat, dan anugerah yang gw terima dengan apa-apa yang diterima sama orang laen (Si ini udah lulus, si itu udah kerja, si anu udah beli rumah n mobil...)
Yang kayak gini nih, yang dibilang ama Om-Bat (Promod Batra lagi, red.) yang justru bikin kita stress!



Sebuah perumpamaan yang sangat indah disampaikan Om-Prom (Promod Batra, lagi-lagi red.) untuk konsep syukur:

"Sebuah kaleng yang berukuran satu liter sudah berfungsi dengan amat baik bila dapat menampung satu liter air"

Sayangnya neh, kebanyakan dari manusia justru berpikir irasional. Segala upaya dan daya kerap ditempuh, agar si kaleng tadi bisa nampung satu galon! (secara ya, satu galon tuh 19 Liter!!! Udah dibuktikan dengan mengintip galon aer minum yang baru gw beli).

So, just be yourself n fill your one litre! Sukur-sukur bisa meng-upgrade diri jadi satu galon (Konsep upgrade ini dateng dari otak M gw, bukan saduran dari khotbah Om Mod (Udah tau lah maksud gw sapa)).





How's your can?

Wednesday, January 30, 2008

Sela Kedua... PILDUKAL Continued...

Naif dan jahat memang, vonis yang udah terketuk dalam benak gw.
Apakah sedemikiannya?

Beberapa hari ini, tak sengaja membuka beberapa media, n PILDUKAL menjadi salah satu ulasannya...
Pemikiran yang tertuang di artikel-artikel yang gw baca, ternyata agak berbeda dengan yang terpatri within me...
Seperti mendapat pencerahan, pertanyaan-pertanyaan counter justru bermunculan...


1. Kisah cerita banyak yang mirip, bahkan ada yang 'nyontek'
So? That's learning process! Nggak dalam sesaat seseorang bisa menciptakan karya jenius. Bahkan sesuatu yang dinilai mirip, sesungguhnya menawarkan nilai berbeda. Yang terpenting, hal ini jangan dijadikan budaya n pembenaran, tapi mesti semata-mata bwt pengembangan temporer aja.
Don't forget "The Departed", sebuah pilem 'plagiat' (pernah diposting di sini juga) yang justru menang Oscar!

2. Temanya kurang variatif
Agak senada dengan yang di atas, tema nggak selamanya sama, dan nggak selamanya tema yang terbatas berarti kisah yang tanpa makna. Toh di Hollywood sono, Cinta, Balas Dendam, dan Kerja Keras kerap jadi tema yang seakan tiada habis digali... Trus, kenapa kita (PILDUKAL) juga nggak boleh (mengeksplorasi tema)?

3. Teknologi katro, efeknya malah garing
So? Justru kalo nggak ada yang nonton lah maka teknologi PILDUKAL bakalan semakin katro! Coba, kalo nggak ada penonton, dari mana lagi penghasilan sineas-sineas lokal? Kalo nggak ada pemasukkan, mana bisa teknologi dan peralatan yang dipake bisa berkembang n lebih canggih? Yang ada, produk lokal malah mati, hilang, dan tak terkenang...

en akhirnya,
4. Dalam beberapa bulan berikutnya, pasti dapat langsung segera dinikmati di layar kaca...
yakin loh? Pilem yang katro sih boleh2 aja. Tapi, kayaknya setelah dipikir2, nggak mungkin segitunya lah. Kalo dilogis, emang PILDUKAL memiliki beberapa alasan rasionalnya sendiri yang membuatnya lebih cepat 'muncul' di layar kaca. (1) PILDUKAL berarti koneksi lokal dengan pihak-pihak berkepentingan dari pilem yang bersangkutan. Means, harusnya lebih 'gampang' ngurusnya dibanding ngurus ke 'luar-luar' segala. (2) Biaya pastinya lebih kecil dunks. (3) yang terpenting, nonton di tipi sama sekali berbeda dengan nonton di gedongan (Bioskop). Suasana jelas beda n banyak hal yang gak bisa dihadirkan oleh si kotak kaca!



Lihatlah,
setelah pemikiran lebih lanjut, pemikiran tentang PILDUKAL ini akhirnya mengubah vonis yang sebelumnya telah terjatuhkan. Hmmm, istilahnya, kasus PILDUKAL ini mengalami 'naik banding', dan akhirnya memperoleh keadilan yang semestinya...

PILDUKAL isn't as bad as it seems.

Sekarang, peraturan yang gw terapin dalam menghadapi hiburan layar lebar (Bioskop maksudnya, bukan layar tancep yaaa) hanya satu:

Gw mencari hiburan!!!
Siapapun (maksudnya pilem apapun) yang gw yakin bisa memberi kepuasan terbesar, dialah yang menjadi pemenang hatiku...



By the end, mekanisme pemilihan dan seleksi dari para konsumen itu mutlak perlu. Cuma dengan seleksi atas kualitas dan penampilanlah, maka para sineas bisa meningkatkan performa mereka.

Mereka yang bermutu akan bertahan, dan mereka yang di bawah standar akan sirna...

Semoga...





Penikmat Film

Sela Pertama... PILDUKAL

Mengapa 'sela'?
Mengapa pula 'pertama'?

Mudah, tulisan ini diketik ketika gw lagi nunggu proses archiving data skripsi di malam ini.
Pertama? 'coz gw yakin kegiatan ini (nulis blog kala ngunduh data) bakal beberapa kali lagi gw lakuin...

------------------------------------------------------------

Beberapa hari yang lalu, menonton sebuah film di Platinum, Margo City, Depok...
Bwt gw, itu film bukan sembarang film...
Mengapa?
Coz it's INDONESIAN movie!

Mungkin bwt banyak orang, it's not a big deal! Udah biasa gitu loh nonton pilem produk lokal di bioskop.
But to me, it's something unusual.
Alasannya simpel, gw selama ini menilai pilem produk lokal (pildukal) sebagai film 'kelas dua'.
Jahat banget ya? Well, tapi penilaian ini nggak semerta-merta juga gw jatuhin. It's all b'coz the quality of the previous and alot of movies that arrived in our theaters... (Especially when the 'Satanic Era'. You know what I mean)
Based on those experience, (and alot of un-nice recommendation also), menjatuhkan vonis nggak boleh seumur-umur nonton pildukal di bioskop.

Alasan yang memberatkan dalam penjatuhan vonis itu:
1. Kisah cerita banyak yang mirip, bahkan ada yang 'nyontek'
2. Temanya kurang variatif
3. Teknologi katro, efeknya malah garing
en yang paling penting,
4. Dalam beberapa bulan berikutnya, pasti dapat langsung segera dinikmati di layar kaca...

So, by those evidences, I rest my case...





Berakhirkah sampai di sini?

to be continued...

Wednesday, January 09, 2008

Susah ditebak...

Komputer akhirnya idup lagi...
Setelah sekitar 3 hari mati tanpa tanda-tanda beres. Baru aja mo nyabutin kabel-kabelnya guna dibawa ke tempat servis, ealah iseng-iseng nyoba, tau-tau nyala...
Keberuntungan memang agak susah ditebak...

btw, hari ini ketipu ama kalender. Nunggu bikun di halte balairung, tapi koq gak muncul-muncul...??? Tiba-tiba pingin ngintip Agenda UI (baru beli nih, bagus lho desainnya! Gak heran, tim produksinya banyak bet!) Wuaduh rek, tanggal merah rupanya!!!
Kebodohan memang agak susah ditebak...

Tuesday, January 08, 2008

New Year

It's new year, yet still the old me...

Rutinitas seringkali menjadi alasan tepat bagi munculnya kebosanan. Hal yang sama, terus mengalami perulangan, terutama bila perasaan menyenangkan jauh dari penerimaan, kerap menjadi dasar pemikiran kalimat tersebut.

Persoalan muncul ketika sang rutinitas, sang algojo yang kerap dipermasalahkan tadi, akhirnya menghilang, sirna, dan tak lagi memunculkan jejak.
Untuk sesaat, perasaan bebas, lepas dari kekangan, dan naluri untuk merasakan lebih bahagia mendominasi aliran adrenalin dan dopamin...
Namun, sesaat hanyalah sesaat. Tak lebih dan tak kurang...
Kebingungan, rasa panik, dan (kadangkala) depresi menjadi gundukan baru yang menimbun lubang lama... Lubang rutinitas...

Bagi sebagian orang, hal tersebut dapat dilalui dengan baik, dan akhirnya terciptalah pola formal baru (baca: rutinitas baru) yang mungkin lebih dirasa baik... But, for one case or another, keberputaran yang (nyaris) tanpa akhir justru dihadapi...
For me, it's the second.
Sigh...

Sempat berpikir untuk menghadirkan kembali rutinitas lama, waktu yang tersedia masih beberapa hari untuk mengambil keputusan...
Quite pathetic, yet confusing...

Apapun jalannya, seorang positifis akan selalu memandang sesuatu yang baru sebagai sebuah peluang... So, the new nice and warm routinity lies there in front of me... I know it...