Friday, July 13, 2007

Friends... *

A good friend in need, a good friend in deed.

Pernah dengar pepatah di atas? Well, hari ini gw merasa dengan jelas maknanya.
Kalo mereka bukan benar-benar teman, mereka nggak akan turut ikutan susah dan nongkrong di jalan raya.
Kalo mereka bukan benar-benar teman, mereka nggak akan mau ikut-ikutan buang pulsa n ikut pusing nyari solusi.
Kalo dia bukan benar-benar teman, dia nggak akan sibuk-sibuk ngehubungin segala macam kenalan yang dia kenal di tengah malam.
Dan kalo dia bukan benar-benar teman, dia nggak akan dengan cepat membuka dompet dan ikut 'urunan' tanpa menghitung-hitung berapa yang dia kasih.


I feel lucky tonight, karena malam ini teman-temanku benar-benar terbukti sebagai teman yang sebenar-benarnya...





How's the story? Here it is...

Berawal dari perkuliahan pertama semester gasal di Fakultas Ekonomi UI, Kelas Pengantar Ekonomi 1, Ruang A.1.04. Dosennya Bu Sulastri Soemarno Soerono, n asdosnya Kak Eri Fitri Sahminan...
Belum ada yang gw kenal, coz masa OTB nggak pada satu 'suku'. Semua masih pada asing, dan ruangan tersebut terasa terlalu dingin bahkan untuk ukuran jasa sebuah AC tua...
Berawal dari tepukan singkat ke pundak cowok berkulit gelap di depan, "Halo, kenalan dong. Ronald."
Lalu ke orang di samping, di belakang, dan seterusnya...
Riza, Rio, Rushli, Rika, Rama, dan berderet nama baru lainnya menjadi kosakata simpanan terkini dalam perbendaharaan hubungan sosial yang ada.
Hari itu hari Senin, tapi baru di hari Rabu lah, tepatnya di kelas MatEk Pak Nachrowi Djlalal Nachowi, Ph.D., sejarah -nama panggilan- kami dimulai.
Roclus - Komandan
Riza - AzRot
Rio - Tukang Jawab (kelak, berkat GKE '03 direvisi menjadi Om Jin a.k.a. OJ)
Rama - Harry Potter (ini sih sejak kelas bu Sulastri)

Sistem pembagian kelas kala itu masih menggunakan pengelompokkan berdasarkan abjad secara keseluruhan. Simpelnya, semua mahasiswa diurut dari nomor satu sampai sekian berdasarkan abjad namanya belaka. That's why di semester ini tidak terasa yang namanya anak Mene', IE, atau Akun. Yang ada cuma satu, huruf depan nama kami sama-sama "R"

Kongkow-kongkow nggak jelas, invasi ke kantin fakultas tetangga, nyelonong sampe ke Asrama, hingga guling-guling dan tidur siang di Kamar CIII/29 Asrama UI Depok menjadi agenda yang cukup sering dilakukan. (Well, pagi kuliah, trus kosong melompong sampe kuliah jam 2. Mo ngapain coba?)
Belajar bareng, nonton bareng, hura-hura bareng, hingga dosa bareng udah kami lakukan di semester itu...
Sapi-bantet putih-coklat, kue tart tepat di pintu ruang Ujian (lupa, UTS apa UAS), hingga todongan tak beralasan jadi memori tersendiri bwt kami.
"Solidarity of 'R'"
Yup, demikian 'geng-gong' tersebut kami namai. Sesuai sejarahnya, di mana kelas kami dikuasai bocah-bocah yang bikin orang cadel kesal :p (walaupun dalam perkembangan lebih lanjut, geng-gong ini diputuskan untuk tidak se-eksklusif itu, dan orang 'non-R' seperti Matt misalnya, diizinkan bergabung)

Sudah hampir empat tahun sejak Bu Sulastri masuk dan mengabsen kami satu persatu
Sudah hampir empat tahun sejak Pak Nachrowi mengizinkan kami melepas jaket kuning di kelas dan sambil menyeruput air di gelas aqua-nya, menunjukkan (salah satu) mahasiswa tertegap di kelasnya sebagai 'komandan kelas'.

Sekarang, saat sebagian besar rekan '03 berkutat di malam-malam menjelang sidang yang mencekam, kenangan di atas kembali menggelitik.
Dan begitulah, diprakarsai percakapan antar pengawas Ujian SP (Roclus n Rima), lalu obrolan dengan si Chicweed (Rita 'Tata-chan'), plus cetting dengan OJ yang udah ngantor-magang,
Solidarity of R memutuskan untuk mengadakan acara kumpul2...


Batal.
Yah, itulah yang gw pikirkan saat setelah sekitar 6 sms dikirim serentak, namun baru satu (OJ) yang mereply. "Jangan langsung batal, Nal. Tunggu sampe D-Day lah!" demikian serunya menyemangati.
OK, then. Gw tunggu reply yang lain.
Hmmm, ternyata tak sia-sia.
Satu-persatu mulai memberi jawaban positif, dan Pondok Indah Mall diserahi amanah untuk menjadi saksi per-kongkow-an kami kembali...
Mulanya cuma 5 orang yang positif ikut: Clus, Zaza, OJ, Chicweed, n ReemsQ.
Mia hampir bergabung, tapi karena orang BirPen yang seyogyanya menandatangani surat sidangnya belum kembali dari Sholat Jumat dan makan siang ("coba balik lagi jam 3 aja ya." What??? Makan di mana, Pak? PIM?), Mia pun urung bergabung.
Cerita punya cerita, sang HarPot ternyata ikut bergabung. Dan Matt Danalan Saragih juga ikut menyusul... (tentang Rama, kita ceritanya lagi nungguin Matt sambil duduk2 ngaso di sofanya 21. Trus ada gambar gede Heri Poter yang seukuran asli gitu. Guess what, mereka benar2 mirip!!! Sayang doski nggak rela mempermalukan diri dan berdiri di samping poto Daniel sembari turut bergaya memegang magic-wand :p)


Matt akhirnya muncul (dan akhirnya diketahui doski kagak bawa mobil. Pantesan lama banget! Ngakunya udah di arteri tapi koq kagak nongol-nongol!) dan agenda kembali dilanjutkan.
Rencananya, Agenda hari ini terbagi atas 2 hal : Makan-makan dan nyanyi-nyanyi
1. Makan-makan
Mengingat sang Komandan orang yang murah hati, maka diputuskanlah bahwa beliau akan menyediakan appetizer serta desert bagi kaum lapar dan dahaga ini. (Main course? Nanti kali' ya. Kalo di KaFE boleh deh :p)
Yang menarik perhatian adalah desertnya, which is eskrim gede gitu. Lupa apa nama counternya (kita makan di foodcourt lantai teratas PIM 2). Mesen dua es krim, Choco-something with coffee and Grand Canyon caramel...
Nah, masalahnya sendok cuma dikasih empat.
Maka, 5 cowok baik-baik dan 2 cowok berbudi ini melakukan kegiatan yang diamanahkan Pancasila khususnya sila ke entah butir ke tau'ah : Berbagi dan perhatian bagi sesama...
Maka digilirlah benda-benda yang ada, mulai dari eskrimnya, mangkok-mangkoknya, hingga sendoknya. Mesra sekali bukannn???

Next, second agenda:
2. Nyanyi-nyanyi.
Setelah menentukan akan ber-karaoke di Plaza Semanggi, serta membuat song-list yang akan dipermak habis-habisan oleh kami (Kucing Garong, Liu Sing Hua Yen, SMS, Kemesraan, n whatsoever), rombongan segera berangkat untuk menuju TKP (Tempat Karaoke Pesakitan)

Perjalanan diawali dengan baik dan lancar, bahkan sempat terjadi transaksi Buku Keown antar mobil di tengah jalan raya (iseng banget sih). Namun, memasuki jalan raya besar menuju lingkar Semanggi, mobil Zaza (ada Za, OJ, n CLus di sini. Rama, Rita, Rima, n Matt di Avanzanya Rama) tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda karaoke prematur, bahkan sebelum para penumpangnya siap ikut berkaraoke (baca : bunyi berderit kenceng banget, even Zaza bilang sempet ada percikan api. Buset, lengkap dengan kembang api neh :~< ).
Demi keamanan dan keselamatan anggota sindikat, mobil ditepikan dan seluruh anggota berkumpul mendekat.


Di sinilah gw yakin ama mereka yang benar-benar menunjukkan ke-teman-an sejatinya.
Pulsa udah bukan halangan lagi. Tiap mau nelpon, semua langsung bertanya, nomornya apa? (berhubung kami menggunakan jasa pelbagai operator telekomunikasi). Dan atas asas efisiensi, pemilik nomor operator yang terafiliasi akan langsung mengulurkan hp-nya.
Matt, yang tidak terlihat sebegitunya, ternyata paling tahu mesin diantara kami. Nggak nyangka dah, nih mantan Kadept Apresbud ternyata gokil juga soal Poli, mesin, dinamo, and such. Gw salut dah, Matt!!!
ReemsQ yang bokapnya jago mesin juga langsung mengontak dan berkonsultasi dengan beliau (at the end, Matt mengobrol dengan amat 'dekat' dengan beliau... Ehm ehm...)
OJ, ngontak temennya bwt nyari pertolongan terdekat, n Tata n me are there, ready to support anything yang bisa kami tolong (mengingat mesin, area, serta network di bidang ini bukan keahlian kami).
Rama? Hmm, beliaulah yang sebenarnya paling sibuk. Semua orang dari jaringan kongsinya sepertinya sudah ditelpon ama tuh anak. Mulai dari keluarga, rumah, montirnya, sampe kenalan-kenalan lain... Very very helping indeed.


Finally, diputuskan untuk menggunakan jasa derek.
Rama langsung mengontak sebuah perusahaan jasa peng-gerek-an, n without a sudden (gak nyampe lima menit), sebuah mobil penggerek sudah parkir di sebelah kami.
Tujuan sudah ditetapkan, klinik praktek bokapnya Rama di bilangan Palmerah. Lokasinya gak terlalu jauh n di deketnya ada bengkel yang sudah terpercaya.
Then off we go...

Di perjalanan, perusahan jasa yang tadi dihubungi, menelpon balik ke Rama, menanyakan konfirmasi apakah jadi menggunakan jasa mereka?
Di sini lah kebingungan terjadi.
Lhooooo, kalo emang belum ngirim truk derek, trus itu truk siapa????
Halah mak, gimana kalo minta tarif lebih tuh???
Well, mengingat kondisi dan keadaan yang mendesak, kami akhirnya bersikap rada 'pasrah' dengan memikirkan taktik negosiasi selanjutnya.

Finally, nyampe juga.
Gw lirik2 deh tuh mobil derek, n label di kaca depannya ditempel stiker "Polda Metrojaya".
Ooooohhhh, polisi toh.
Jadi gimana nih Pak?
Thanx God, tarifnya sama persis dengan negosiasi dengan pihak jasa yang tadi ditelpon. (225rb. Entah itu underpriced ato overpriced. Safety is our first priority at that time)
Bayarnya gimana?
Gak pake banyak nyerocos, smua langsung buka dompet n nyomot lembar-lembar biru bersulam n ungu kemerahan, langsung diselipkan di telapak Rama. Entah itu ada berapa.
Setelah dihitung seksama, ternyata duitnya lebih. Ah sudahlah, Ram simpen aja, lo udah sibuk banget dari tadi.
Pen-derek-an berhasil, dan Pak Polisi pulang.
Terima kasih Pak.

Keputusan akhir, mobil Zaza nginep di klinik tersebut.
Zaza sendiri menginap di tempat Rama.
OJ n Matt bakal balik bareng (naek taksi), n gw ngikut mpe Blok-M untuk selanjutnya terus ke Depok.
Chicweed nginep di rumah ReemsQ, n mereka pulang naik taksi.
Rama, mengantar kami semua ke tempat yang layak untuk menunggu kendaraan...



What an experience...
What a truly treasure, friendship is...
What a truly friends, they are...

Baru kepikiran, Rama (yang amat banyak berperan di malam ini), tadinya bahkan tidak sempat disebut-sebut untuk ikut di-SMS (semata-mata karena lalai aja, bukan sengaja).
Sepertinya, ini yang disebut orang sebagai "God works in a mysterious way"



Di jalan,
sebelum berpisah,
gw tersenyum.


I know who my friends are...



* didekasikan untuk mereka, yang merupakan SUNGGUH teman-temanku

No comments: